BLOGGER TEMPLATES - TWITTER BACKGROUNDS

Wednesday, April 28, 2010




Allah s.w.t telah berfirman: "Sesungguhnya sembahyang itu mencegah dari perbuatan keji dan mungkar" .Tentu kita yang mengaku beragama Islam sudah sedia maklum tentang perkara tersebut.Di dalam perkara sembahyang,penerimaannya oleh individu Islam umumnya terbahagi kepada 2 golongan..Yang pertama meninggalkannya walaupun tau kewajipannya dan kedua yang melakukannya.Dikesempatan ini,suka untuk saya membincangkan tentang golongan kedua yang menerima dan melakukan ibadah tersebut.
Golongan ini juga sebenranya boleh dibahagi kepada kepada 2.Yang pertama diterima sembahyangnya dan yang kedua ditolak amalan sembahyangnya.Sekarang sekiranya anda individu yang sentiasa mengerjakan sembahyang,pernahkah anda memikirkan, "Adakah sembahyang aku ini diterima atau sebaliknya".Tanyalah kepada diri anda kerana hanya anda sahaja yang tahu keadaannya.Untuk mengetahui samada sembahyang kita sembahyang kita diterima atau tidak,wajiblah kita kembali kepada hadis Rasulullah yang berbunyi: "Solatlah kamu sebagaimana kamu melihat aku solat".Hadis ini merupakan arahan kepada kita bahawa sebagai umat baginda,kita mestilah mengerjakan sembahyang mengikut sunnah baginda dan meninggalkan perkara-perkara yang bid'ah di dalam sembahyang.Ini kerana hanya sembahyang mengikut sunnah Rasul sahaja yang akan dapat menjadi pencegah dari melakukan perbuatan keji dan mungkar.Persolannya,pernahkah anda melihat bagaimana Nabi mengerjakan sembahyang?.Jawapannya tentu tidak.Hanya melalui hadis-hadis baginda yang sahih sahaja yang diriwayatkan oleh sahabat yang dapat memberikan kita ilmu tentang sembahyang baginda.Kita sebagai umatnya yang mengakui mencintai baginda mestilah melakukan sembahyang hanya mengikut sunnah baginda sahaja..Semoga Allah memberikan taufik dan hidayahnya agar kita sama-sama dapat melakukan sembahyang yang sesuai dengan tuntunan Rasul s.a.w,amin.Yang baik itu dari Allah dan yang buruk itu dari kelemahan hambanya sendiri.

Tuesday, April 27, 2010

Jiwa & Manusia Dalam Islam

Dalam panggung sejarah manusia, pernah hidup dua orang saudara kandung. Awalnya perjalanan hidup keduanya diwarnai keharmonisan dan saling pengertian. Kondisi seperti ini berubah ketika keduanya mencapai usia berkeluarga.

Sang ayah memerintahkan si kakak agar menikah dengan saudari kembar adiknya, sementara adiknya dijodohkan dengan saudari kembarnya. Pada titik ini nafsu buruk mulai mencuat dan berperan. Tidak seperti adiknya, si kakak menolak perintah, lantaran pilihan sang ayah tak cocok dengan harapannya. Kemudian sang ayah memerintahkan keduanya untuk berkorban. Si kakak yang petani menyiapkan hasil tanamannya yang jelek . sebaliknya adiknya yang peternak memilih yang terbaik diantara hewan peliharaanya. Tentu saja kurban yang baik secara kualitas dan kuantitaslah yang diterima Allah. Rasa iripun menguasai si kakak, lantas ia mengancam untuk membunuhnya adiknya. Lantaran rasa takutnya kepada Allah, adiknya tak mau meladeni dan membalas ancaman tersebut meskipun ia lebih perkasa. Akhirnya, tumpahlah darah manusia untuk pertama kalinya. Dibunuhlah sang adiknya, sekalipun setelah itu sang kakak merasakan penyesalan yang amat dalam.

Itulah episode Qobil dan Habil, putera manusia dan Nabi Pertama , Adam as. Qobil dan habil kini telah tiada dan tak mungkin hidup kembali. Akan tetapi dua karakter manusia yang berbeda dan paradoksal itu akan tetap eksis dan hidup pada diri anak cucu keturunan Adam as.

Manusia diciptakan oleh Allah SWT dalam dua dimensi jiwa. Ia memiliki karakter , potensi, orientasi dan kecenderungan yang sama untuk mlakukan hal-hal positif dan negatif. Inilah salah satu ciri spesifik manusia yang membedakannya dari makhluk-makhluk lainnya. Sehingga manusia dikatakan sebagai makhluk alternatif, artinya ia bisa menjadi baik dan tinggi derajatnya di hadapan Allah. Sebaliknya, ia pun bisa menjadi jahat dan jatuh terperosok pada posisi yang rendah dan buruk. Ia bisa bagai hewan, bahkan lebih jelek lagi. Dalam kaitan ini, manusia dbierikan oleh Allah kekuatan ikhtiar atau usaha untuk bebas menggunakan potensi positif dan negatifnya. Namun ia tak boleh melupakan, bahwa semua pilihan dan tindakannya akan dipertanggung jawabkan di hadapan pengadilan tinggi Allah Yang Maha Adil, kelak di akhirat. Lantaran itu, bukanlah pada tempatnya manakala manusia menjadikan takdir sebagai alasan dan kambing hitam bila ia melakukan perbuatan negatif, dengan mengatakan bahwa segala sesuatunya telah ditakdirkan Allah SWT. Seakan manusia itu wayang yang tak biasa berperan kecuali bila diperankan sang dalang. Padahal Allah tak akan merubah keadaan suatu kaum kalau mereka tidak berusaha merubahnya.

Sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri. (QS Ar-Ra’d: 11)

Dalam satu riwayat disebutkan bahwa seorang pencuri, yang diajukan kepada Umar bin Khattab ra., mengatakan bahwa dirinya melakukan pencurian karena sudah ditakdirkan Allah. Lalu dengan tangkas Umar bin Khattab menjawab bahwa bila tangannya dipotong , juga merupakan takdir Allah. Namun di pihak lain, Allah pun tak biasa dipersamakan dengan pembuat arloji. Setelah arloji itu dibikin dan dilempar ke pasar maka ia tak tahu lagi bagaimana nasib arloji tersebut, apakah masih berputar atau sudah mati. Allah senantiasa memonitor dan mengontrol makhluk-Nya.

Allah, tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia Yang Hidup kekal lagi terus menerus mengurus (makhluk-Nya); tidak mengantuk dan tidak tidur. Kepunyaan-Nya apa yang di langit dan di bumi. Tiada yang dapat memberi syafaat di sisi Allah tanpa izin-Nya. Allah mengetahui apa-apa yang di hadapan mereka dan di belakang mereka, dan mereka tidak mengetahui apa-apa dari ilmu Allah melainkan apa yang dikehendaki-Nya. Kursi Allah meliputi langit dan bumi. Dan Allah tidak merasa berat memelihara keduanya, dan Allah Maha Tinggi lagi Maha Besar. (QS Al-Baqarah: 255)

“Allah tidak ada Tuhan melainkan Dia Yang Hidup Kekal lagi terus menerus mengurusi (makhluk-Nya), tidak mengantuk dan tidak tidur” (QS. 2:255).

Dua dimensi jiwa manusia senantiasa saling menyaingi, mempengaruhi dan berperang. Kemungkinan jiwa positif manusia menguasai dirinya selalu terbuka, seperti yang dialami Habil. Dan jiwa negatifpun tak tertutup kemungkinan untuk mengontrol diri manusia, seperti yang terjadi pada Qobil. Tataplah sosok seorang Mush’ab bin Umair ra yang hidup di masa Rasulullah SAW. Ia putera seorang konglomerat Makkah. Namanya menjadi buah bibir masyarakat, terutama kaum mudanya. Sebelum masuk Islam ia dikenal dalam lingkaran pergaulan jet set. Namun, suatu hari mereka tak lagi melihat sosoknya. Mereka kaget ketika mendengarnya sudah menjadi pribadi lain. Benar, ia sudah bersentuhan dengan dakwah Rasulullah SAW dan hidup dalam kemanisan iman dan kedamaian risalahnya. Sehingga cobaan beratpun ia terima dengan senyuman dan kesabaran. Kehidupan glamour ia lepaskan. Bahkan dialah yang terpilih sebagai juru dakwah kepada penduduk Madinah. Disisi lain , tengoklah pribadi Musailamah Al-Khadzdzab. Setelah mengikuti kafilah dakwah Rasulullah SAW, jiwa negatifnya masih menonjol, ketamakan akan kedudukan dan kehormatan membawanya pada pengakuan diri sebagai nabi palsu. Akhrinya ia mati terbunuh dalam kondisi tak beriman di tangan Wahsyi dalam suatu peperangan.

Manusia tentu saja memiliki harapan agar jiwa positifnya bisa menguasai dan membimbing dirinya. Sehingga ia bisa berjalan pada garis-garis yang benar dan haq. Akan tetapi seringkali harapan ini tak kunjung tercapai, bahkan bisa jadi justru kondisi sebaliknya yang muncul. Ia terperosok ke dalam kubangan kebatilan. Disinilah betapa besar peranan lingkungan yang mengelilingi diri manusia baik keluarga kawan, tetangga, guru kerabat kerja, bacaan, penglihatan, pendengaran, makanan, minuman, ataupun lainnya. Semua itu memberikan andil dan pengaruh dalam mewarnai jiwa manusia.

Islam , sebagai Din yang haq, memberikan tuntunan ke pada manusia agar ia menggunakan potensi ikhtiarnya untuk memilih dan menciptakan lingkungan yang positif sebagai salah satu upaya pengarahan, pemeliharaan , tazkiyah atau pembersihan jiwa dan sebagai tindakan preventif dari hal-hal yang bisa mengotori jiwanya. Disamping itu, diperlukan pendalaman terhadap tuntunan dan ajaran Islam serta peningkatan pengalamnnya. Evaluasi diri dan introspeksi harian terhadap perjalanan hidupnya, tak kalah pentingnya dalam tazkiyah jiwa. Manakala jalan ini ditempuh dan jiwanya menjadi bersih dan suci, maka ia termasuk orang yang beruntung dalam pandangan Allah SWT. Sebaliknya , apabila jiwanya terkotori oeh berbagai polusi haram dan kebatilan, maka ia termasuk orang yang merugi menurut kriteria Allah SWT.

“Dan demi jiwa dan penyempurnaannya. Maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu jalan kefasikan dan ketakqwaannya. Sesungguhnya beruntunglah orang yang mesucikan jiwa itu. Dan merugilah orang yang mengotorinya”(QS. 91:7-10).

Dua suasana jiwa yang berbeda itu akan tampak refleksinya masing-masing perilaku keseharian manusia, baik dalam hibungannya dengan Allah, lingkungan maupun dirinya. Jiwa yang suci akan memancarkan perilaku yang suci pula, mencintai Alah dan Rasul-Nya dan bermanfaat bagi lingkungan sekitarnya. Sedangkan jiwa yang kotor akan melahirkan kemungkaran dan kerusakan.adalah benar bahwa Allah tidak melihat penampilan lahir seseorang, tetapi yang dilihat adalah hatinya, sebagaimana disebutkan dalam satu hadits. Tetapi ini dimaksudkan sebagai penekanan akan pentingnya peranan niat bagi sebuah amal, bukan untuk menafikan amal lahiriah. Sebuah amal ibadah akan diterima Allah manakala ada kesejajaran antara perilau lahiriah dan batiniah, disamping sesuai dengan tuntunan Din. Lebih dari itu, secara lahiriah, manusia bisa saja tampak beribadah kepada Allah. Dengan khusyu’ ia melakukan ruku’ dan sujud kepada-Nya. Namun jiwanya belum tunduk ruku dan sujud kepada Allah Yang Maha Besar dan Perkasa , kepada tuntunan dan ajaran-Nya.

Tazkiyah jiwa merupakan suatu pekerjaan yang sungguh berat dan tidak gampang. Ia memerlukan kesungguhan, ketabahan dan kontinuitas. Sebagaimana amal baik lainnya, tazkiyah adalah bagai membangun sebuah gedung, disana banyak hal yang harus dikerahkan dan dikorbakan. Sedangkan pengotoran jiwa, seperti amal buruk lainnya, adalah semisal merobohkan bangunan, ia ebih mudah dan gampang serta tak banyak menguras tenaga.

“Jalan menuju surga di rintangi dengan berbagai kesulitan. Sedangkan jalan menuju neraka ditaburi dengan rangsangan hawa nafsu”, demikian sabda Rasulullah SAW.

Tazkiyah jiwa ini menjadi lebih berat lagi ketika manusia hidup dalam era informatika dan globalisasi dalam kemaksiatan dan dosa. Dimana kreasi manusia begitu canggih dan signifikan. Mansusia seakan tak berdaya mengikuti irama dan gelombangnya.

Sebenarnya Islam memiliki sikap yang akrab dan tidak menolak sains dan tekhnologi, sementara sains dan tekhnologi tersebut tidak bertentangan dan merusak lima hal prinsip (ad – dkaruriyat al khams); Din , jiwa manusia, harta, generasi dan kehormatan. Sehingga tidak ada paradoksal antara jiwa positif dan bersih serta nilai-nilai kebaikan dengan perkembangan dan kemajuan zaman. Pengalaman tuntunan dan akhlak Islami, meski tanpa pemerkosaan dalam penafsirannya, tidak pernah bertentangan dengan alam sekitar. Lantaran keduanya lahir dari satu sumber, Allah SWT, Pencipta alam semesta dan segala isinya. Salah faham terhadap konsep ini akan mengakibatkan kerancuan pada langgam kehidupan manusia.maka yang tampak adalah bukit hingar bingar dan menonjolnya sarana pengotoran jiwa manusia. Akhirnya, nilai nilai positif dan kebenaran seringkali tampak transparan dan terdengar sayup-sayup. Benarlah apa yang menjadi prediksi junjungan kita, Nabi Muhammad SAW:

“Orang yang sabar dalam berpegang dengan Din-nya semisal orang yang memegang bara api”.

Mereka acapkali mengalami banyak kesulitan dalam mengamalkan Din-nya. Sehingga mereka merasa asing dalam keramaian. Namun demikian, tidaklah berarti mereka boleh bersikap pesimis dalam hidup. Bahkan sebaliknya, mereka harus merasa optimis. Sebab dalam situasi seperti ini, merekalah sebenarnya orang yang meraih kemenangan dalam pandangan Islam.

“Islam mulai datang dalam keterasingan dan akan kembali dalam keterasingan pula sebagaimana mulanya. Maka berbahagialah orang – orang yang terasing”. (Al Hadist).

Dalam fenomena seperti ini, tak tahu entah dimana posisi kita. Yang jelas, manusia senantiasa dianjurkan oleh Allah agar meningkatkan kualitas dan posisi dirinya di hadapan Nya. Dan Allah tak pernah menolak setiap hamba yang benar-benar ingin kembali kepada jalan-Nya. Bahkan lebih dari itu, manakala hamba Nya datang dengan berjalan, maka Ia akan menjemputnya dengan berlari. Sungguh Allah benar-benar Maha Pengasih lagi Maha Pengampun. Kita berharap, semoga kita termasuk orang-orang yang mau mendengar panggilan-Nya yang memiliki jiwa muthmainnah, jiwa yang tenang. Sehingga kita akhirnya berhak meraih panggilan kasih sayang –Nya.

“Hai jiwa yang tenang . Kembalilah kepada Rabb-mu dengan hati yang puas dan diridhoi-Nya. Maka masuklah ke dalam jamaah hamba-hambaKu dan masuklah ke dalam surga-Ku”.(QS.99:27-30)

Hidup Dihiasi Adab

DALAM Islam, soal adab amat utama. Tidaklah Nabi Muhammad diangkat
menjadi rasul selain daripada menyempurnakan adab manusia.

Kita semua adalah pengamal tasauf Qadiriyah Naqsyabandiah. Kita menjadi pengamal kerana kita yakin dengan rasa kesungguhan bahawa tarikah kita pelajari dan amalkan ini akan menjadikan kita manusia beradab, mendekatkan diri kita kepada Allah SWT. Dan kita akan menjadi manusia yang dipandang tinggi.

Hari ini dunia berkecamuk dengan masalah ekonomi dan serangan
pengganas. Maka soal adab ini semakin penting. Ia akan menentukan sejauh mana kita tenang dan teratur dalam menangani masalah harian. Jadi marilah kita mengingatkan diri kita akan tanggungjawab memelihara adab agar kita menjadi manusia yang beruntung hidup di dunia dan di akhirat.

*Adab kepada Allah SWT
Dalam pengajaran tasauf, soal adab dititik beratkan kerana ia menjadi cermin jiwa dalam hubungan kita kepada Khalik, Nabi dan Ulama, ibu bapa, guru dan jemaah serta masyarakat umum.
Kita adalah hamba Allah SWT. Sukakah kita menjadi hambanya?
Sebagai orang Islam, kita disuruh pasrah kepada Allah SWT. Erti pasrah
atau Islam itu ialah memberikan segala yang ada pada kita kepada dan demi Allah SWT saja. Itulah sebabnya kita mengamalkan dan menghayati zikir La ila ha illah. Tiada yang berhak disembah selain Allah SWT.
Tiada siapa yang kita takuti selain Allah SWT kerana Dialah yang menentukan segala-galanya.
Bagaimanakah adab kita kepada Allah SWT? Cara terbaik atau sempurna
ialah pada yang ditunjukkan oleh insan kamil iaitu Nabi Muhammad saw dalam
ibadahnya, termasuk ketika baginda menemui Allah SWT sempena peristiwa
Israk Mikraj. Perhatikanlah betapa tawadduknya Nabi Muhammad saw ketika
menerima suruhan agar bersolat 50 waktu. Baginda tidak mempersoalkan
suruhan Allah SWT. Hanya setelah bertemu dengan para nabi yang lain, barulah baginda bertemu lagi dengan Allah SWT. Apabila Allah SWT menetapkan solat fardu lima waktu saja, Nabi enggan meminta kurang kerana baginda "merasa malu".
Demikian indahnya adab Nabi saw, yang meliputi erti ëmaluí untuk menuntut
perkara-perkara yang bukan haknya kepada Rab-nya.
Sesungguhnya apabila kita malu, maka kita akan menjaga tutur kata, tingkah laku, cara kita berpakaian dan bergaul. Ini kerana sebagai pengamal tasauf kita menyedari dengan penuh mendalam erti ihsan iaitu kita beribadah seolah-olah kita melihat Allah; dan jika kita tidak melihat-Nya, yakinlah Allah melihat kita. Oleh sebab kita senantiasa dalam pemerhatian Allah SWT, maka kita malu lagi takut untuk melakukan perkara yang ditegahnya. Sebaliknya kita lebih banyak melakukan kebaikan demi mendapatkan keridhaan-Nya.
Solat merupakan tiang seri Islam. Orang Islam yang tidak bersolat akan
kehilangan tiang seri ini dan sekaligus identiti/jati dirinya sebagai orang Islam.
Solat merupakan asas dalam adab kita kepada Allah SWT. Sekalipun seseorang
itu baru memeluk Islam, ia disuruh bersolat secara mudah, misalnya dengan mengangkat takbir, membaca al-Fatiha, berdiri rukuk, sujud dan duduk, bertasyahud dan memberi salam.
Ketika solat, seseorang itu pasrah sebenar pasrah kepada Allah SWT,
terutama ketika bersujud. Dari erti "sujud" inilah datang makna "masjid" dan seluruh bumi terhampar ini adalah "masjid". Ketika sujud, seseorang itu tidak dapat melihat kanan dan kiri kerana ketika inilah nyawanya hanya ditentukan
oleh Allah SWT.
Dalam setiap agama, kita boleh dapati adalah cebisan-cebisan perlakuan
dalam solat orang Islam ñ iaitu ada agama mengajarkan umatnya supaya berdiri tegak, ada pula yang disuruh rukuk dan ada pula yang sujud. Namun tiada yang lebih teratur dan indah secara gerak laku batin dan zahir selain solat seorang Muslim.
Selagi kita solat dan lidah serta hati terus berzikir kepada Allah SWT, kita
akan tetap Muslim. Hidup kita akan terpelihara.

* Adab kepada Nabi
Para Nabi ialah manusia maksum iaitu tidak berdosa. Insan istimewa ini
dijadikan contoh atau seri teladan kepada kita. Tentulah contoh terbaik ialah pada Junjungan kita Nabi Muhammad saw.
Sudah setentulah kita beradab dengan Nabi Muhammad dengan
mengamalkan sunnahnya iaitu suruhannya dan menjauhi tegahannya. Bibir kita basah senantiasa dengan bersolawat kepadanya kerana Allah SWT dan para malaikat tetap bersolawat kepadanya.
Kita tunjukkan kasih kepada kepada Nabi dengan membaca Berzanji dan
Dibai'e. Ketika kita sampai kepada bahagian mendendang "marhaban", secara tidak disedari kita bangkit seolah-olah Nabi saw datang menyambut kita.
Beruntunglah mereka yang merasa kehadiran Nabi dan bahkan dapat melihat baginda kerana dianugerahi kasyaf (dapat melihat yang ghaib). Ini menjadikan kita merasa Nabi saw terus hidup bersama kita.

*Adab kepada ulama/syeikh
Para ulama ialah pewaris nabi. Para ulama besar yang antaranya menjadi
mursyid atau syeikh kepada ajaran tarikat seperti Syeikh Abdul Qadir al-Jilani yang kita ikuti ajaran dan juga Syeikh Bahaudin Naqsyabandi merupakan insan mahfuz iaitu dipelihara Allah akan kesilapannya. Bagaimanakah kita mendapatkan barakah daripada ajaran mereka?
Sudah setentulah kita mengamalkan tarikah mereka dengan sepenuh hati,
kita memberikan salam kepada mereka dan bertawassul.
Mengapakah kita memuliakan para syeikh ini? Tentulah kerana kita ini serba kekurangan dan mengharapkan ajaran mereka menjadi penghias iman kita.
Semoga doa kita akan lebih mustajab dengan bimbingan para syeikh tadi.

* Adab kepada ibu bapa
Kita terhutang budi kepada ibu bapa kita kerana melahirkan kita di dunia.
Setiap orang yang lahir di dunia adalah ëpemenangí dalam satu perlumbaan. Ini kerana manusia berasal dari mani. Hanya satu daripada jutaan sperma bapa kita yang akhirnya menjadi bayi. Tetapi ada bayi dapat dilahirkan dan ada pula mati.
Ibu kita melahirkan kita dengan penuh kesakitan. Air susunya tiada gantinya.
Bapa pula menyara kita dan mendisiplinkan kita.
Begitu besar sumbangan ibu bapa, maka Islam menetapkan bahawa selepas
mentaati Allah, maka taatilah Rasul dan akhirnya ibu bapa. Tanpa restu ibu bapa maka hidup kita tidak barakah.
Rasulullah saw menyatakan bahawa darjat ibu adalah tiga kali daripada
ayah. Syurga itu di bawah telapak kaki ibu.
Pada zaman Nabi saw, ada pemuda atau pemudi yang masuk Islam sedang
ibu bapanya tidak. Namun Nabi saw tetap menyuruh mereka menghormati ibu bapa mereka yang masih kafir dan jangan sesekali memutuskan hubungan.
Maka amalan ini hendaklah diteruskan hari ini.

! Adab kepada jemaah/ikhwan
Kita mungkin tertanya-tanya ke manakah tarikah kita akan membawa kita?
Itulah sebab tanbih atau wasiat guru kita, almarhum Syeikh Muhammad Nur Mubarok. Kita baca setiap khataman supaya kita ingat teras ajarannya mengenai
hubungan sesama ikhwan, hubungan manusia yang masih berdarjat tinggi,
setanding atau rendah, hubungan kita dengan bukan Islam dan negara. Kita
adalah jemaah yang membina keharmonian negara yang aman damai.
Saya sangat prihatin mengenai hubungan sesama jemaah atau ikhwan
kerana walaupun kita berguru dan sama-sama beriktikaf, tetapi ada kala kata-
kata kita mengguris hati sehingga menjejas kekhusyukan kita.
Itulah sebab kita mesti selalu saling bersalaman dan bersolawat demi
menguatkan perasaan hati kita agar kasih-mengasihi antara sama lain dengan penuh kesopanan dan hormat. Inilah adab kita sebagai jemaah dan ikhwan. Kita saling bantu-membantu antara satu sama lain.
Tidaklah terdiri komplek Masjid Khadijah dengan wang terkumpul hampir $9 juta tanpa kerjasama ikhwan yang mengorbankan banyak masa dan tenaga.
Kejayaan masjid ini mencerminkan kejayaan ikhwannya. Walaupun bilangan kita kecil, namun kerana kita sering bersolat, berzikir, berkhataman dan bermanaqib bersama, maka hubungan kita bak saudara yang karib. Itulah sebab kita mesti pelihara adab ikhwan ini supaya ia akan kekal.
Oleh itu, kita akan adakan pelbagai program untuk menjadikan ikhwan kita
merasa segala jerih payah pengorbanan mereka akan dapat dinikmati kembali.
Insya-Allah banyak program sudah diaturkan istimewa untuk ikhwan. Peliharalah
keikhwanan kita dan jadikanlah ia teladan kepada masyarakat.

Terima Kasih.

17 PRINSIP HIDUP MANUSIA

1. Jika sudah terjadi masalah, tdk harus dihindari, tapi harus dihadapi dengan tenang dicari jalan keluarnya dan yakin akan ada jalan keluarnya.

2. Hindari berpikir negative, seperti: "saya pasti tidak mampu", "saya tidak bisa", dan seterusnya. Tapi selalu berpikir positif, seperti: "saya bisa, pasti ada jalan keluarnya" dan lain lain.

3. Susah dan senang semuanya tergantung pikiran saja!! ( Pikiran adalah pelopor!!). Jadi jaga pikiran kita baik - baik. Jangan pikir yang negatif. Selalu berpikir yang positif.

4. Segala kesulitan/kesusahan akan berakhir. sebesar apapun masalahnya akan selesai juga dengan berjalannya waktu. Seperti pepatah mengatakan ‘Tidak ada pesta yang tidak pernah berakhir.’

5. Orang yang sukses 85% ditentukan dari sikap, 15% baru ditentukan ketrampilan. Jadi sikap kita dalam hidup ini sangat penting.

6. Segala sesuatu berubah (anicca). Kita tdk perlu susah. Misalnya : Sekarang susahnya, selanjutnya pasti berubah menjadi senang. Sekarang ada orang yang tidsk senang pada kita, suatu saat nanti akan baik juga.

7. Hukum karma, berarti berbuat baik akan mendapat hasil baik dan sebaliknya, seperti tanam padi, pasti panen padi. Ingat!! Usahakan setiap saat selalu berbuat (tanam) kebaikan agar mendapatkan (panen) kebaikan. Jangan melakukan kejahatan. Dan jangan berharap mendapat balasan dari perbuatan baik kita!!!

8. Kesehatan salah paling nomor satu (berharga). Jaga kesehatan kita dengan olahraga, istirahat yang cukup dan jangan makan sembarangan.

9. Hidup ini penuh dengan masalah/persoalan/penderitaan. Jadi kita sdh tahu Tidak mungkin selalu lancar. Siapkan mental, tabah, sabar dan tenaga untuk menghadapinya. itulah kenyataan hidup yang harus dihadapi oleh setiap manusia.

.10. Masa depan seseorang sangat tergantung pada sikap dan buku yang dibaca. Jadi membaca sangat penting dan menentukan masa depan seseorang.

11. Jangan membicarakan kejelekan orang lain, karena kita akan dinilai jelek oleh orang yg mendengarkannya.

12. Pergaulan sangat penting dan merupakan salah satu kunci sukses. Boleh bergaul dengan orang jahat maupun baik asal kita harus tahu diri dan jangan terpengaruh lingkungan.Lebih baik lagi apabila kita bisa menuntun yang jahat ke jalan yang benar.

13. Budi orang tua, tidak dapat dibayar dengan apapun juga. begitu juga dengan budi orang2 yang telah membantu kita.

14. Setiap manusia memiliki kelebihan dan kekurangan. Jadi jangan minder dengan kekurangan kita. dan jangan iri dengan kelebihan orang. Hargailah diri sendiri.

15. Jangan mempertentangkan hal hal kecil yang tdk berguna dengan siapapun juga.

16. Kunci sukses dlm hidup ini, selalu bersemangat, berusaha, disiplin, sabar, bekerja keras, rajin berdoa/sembahyang, banyak berbuat baik serta tdk boleh berputus asa.

17. Jangan Menilai orang dari kekayaan, penampilan ataupun kondisi fisik. Semua orang sama di mata Allah,tergantung pada keimanan dan amalan.